Socrates (470 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan
salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di
Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari
Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar
Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
Filosofi
Salah satu catatan
Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua
orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada
untuk suatu tujuan, bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam
mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai
seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan
kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari
pengetahuan diri, dan manusia pada dasarnya adalah jujur, serta kejahatan merupakan
suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang.
Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa
pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan
dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang
karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan
alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu
pengetahuan.
Pengertian Metode Socrates
Metode Socrates (Socrates
Method), yaitu suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian
pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/ dapat menemukan jawabannya, saling membantu dalam
menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara historis
sokrates banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan kehidupan manusia
yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral, dan
keadilan.
Metode
pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara
mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan
menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu
memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang
mereka maksud dengan mendetail.
Strategi
Socrates adalah prosedur pengajaran lama yang mempunyai sejarah dan prestise
panjang pada zaman Yunani awal. Strategi Socrates diajarkan dengan cara
bertanya jawab untuk membimbing dan memperdalam tingkat pemahaman yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan sehingga anak didik mendapatkan
pemikirannya sendiri dari hasil konflik kognitif yang terpecahkan (Johwnson, D.
W. & Johnson, R. T, 2002). Pembelajaran dengan metode Socrates menuntut
pebelajar berpikir kritis dan hasil akhirnya juga bersikap kritis. Strategi ini
juga menekankan dialog-dialog pemikiran sebagai usaha mengungkapkan sesutau
objek pembahasan menuju pada hakikat terdalamnya. Jadi, Metode Socrates disebut
juga metode kritis atau metode dialektika.
Peserta dalam
metode ini, antara yang satu dengan yang lainnya memiliki sudut pandang yang
berbeda-beda dalam menyikapi sebuah pertanyaan atau topik sehingga menyebabkan
adanya kontradiksi dalam diskusi. Peserta yang melakukan metode ini berusaha
untuk mempertahankan argumennya masing-masing. Namun, dari beberapa argumen
tersebut berdasarkan hasil diskusi nantinya akan ditemukan sebuah jawaban yang
benar berdasarkan logika dan fakta.
Metode ini
menelanjangi ketidaktahuan manusia, yang menganggap benar banyak hal tapi
sesungguhnya salah.Yang terpenting dari metode ini bukanlah jawaban yang
dihasilkan nanti, melainkan bagaimana proses dalam mendiskusikan pertanyaan
atau topik yang diajukan.
Dasar filsafat metode Socrates ini, adalah pandangan dari Socrates, bahwa
pada tiap individu anak didik telah ada potensi untuk mengetahui kebenaran dan
kebaikan serta kesalahan. Dan dengan demikian seseorang sekalipun kelihatannya
bodoh mungkin pula berpendapat / berbuat sebaliknya.
Dalam proses
belajar-mengajar metode ini sangat baik digunakan dimana secara teknis dalam
bangku perkuliahan misalnya seorang dosen melontarkan sebuah pertanyaan atau
topik secara diam-diam (kejutan) tanpa diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga
mahasiswa dituntut untuk berani, percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan
kritis dalam menanggapi topik tersebut. Elemen kejutan memberikan insentif yang
kuat bagi mahasiswa untuk memenuhi tanggung jawab dan juga mendorong untuk
mempersiapkan kelas, yang akan memungkinkan mereka untuk belajar lebih banyak
terlebih dahulu.
Tujuan dari
metode socrates ini adalah merangsang mahasiswa untuk menganalisis suatu
masalah dengan sebuah analogi dan berpikir kritis tentang suatu argumen. Metode
ini juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan penalaran serta
menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-argumen yang
mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan merevisi
ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau
penalaran yang berbeda.
Ciri atau
karakteristik dari metode Socrates adalah sebagai berikut (Qosyim, A,2007: 7)
·
Dialektik, artinya bahwa metode
tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih yang pro dan kontra, atau yang
memiliki perbedaan pendapat.
·
Konfersasi, artinya bahwa metode dilakukan
dalam bentuk percakapan atau komunikasi lisan.
·
Tentatif dan provisional, artinya
kebenaran yang dicari bersifat sementara tidak mutlak, dan merupakan
alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua kemungkinan.
·
Empiris dan induktif, artinya segala
sesuatu yang dibicarakan dan cara penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal
empiris.
·
Konsepsional, artinya metode
ditujukan untuk tercapainya pengetahuan, pengertian dan konsep yang telah
definitif daripada sebelumnya.
Berdasarkan
kelima ciri yang disebutkan di atas maka ciri yang sesuai dengan penelitian adalah
empiris dan induktif serta konseptional.
Langkah-langkah metode Socrates yaitu :
Proses pembelajaran
yang menerapkan strategi Socrates adalah pembelajaran dibangun dengan
memberikan serangkaian pertanyaan yang tujuannya mengetahui sesuatu isi berkait
yang ditanyakan materi tertentu. Metode ini memudahkan siswa mendapatkan
pemahaman secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang dilakukan.
Bentuk-bentuk tahapan procedural dalam melaksanakan tanya jawab seperti yang
dilakukan oleh Socrates dalam membelajarkan bahan dengan perilaku menirukan apa
yang dilaksanakan oleh Socrates. Menurut Johnson, D. W. dan Johnson R. T.
(2002: 194) dalam bukunya yang berjudul The meaningful Assesing yang disadur
secara bebas diperoleh sebagai berikut :
Being Socrates :
a.
Choose a topic being studied.
b.
Develop two or three general question on what the student knows about the topic
to begin an interview.
c.
After asking the opening question, probe what student knows while looking for
inconsintecies, contradiction or conflicts in what the student is saying.
d.
Ask follow – up question that highlight the conflicts within the student’s
reasoning and make the contradiction focal point for the student’s attention.
e.
Continue the interview until the student has resolved the conflicts by moving
toward deeper – level analysis of what he or she knows and by arriving a
greater and greater insight into the material being studied.
f.
Conclude the interview by pointing the student toward further resources to read
and study.
Dimana :
1.
Menyiapkan deretan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa, dengan memberi tanda
atau kode-kode tertentu yang diperlukan
2.
Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa diharapkan dapat menemukan
jawabannya yang benar
3.
Ajarkan mengapa
pengetahuan itu terpenting dan bagaimana pengetahuan itu dapat di terapkan
untuk pemecahan masalah:
4.
Tuntun eksplorasi siswa.
Sebagai seorang guru untuk pelajaran pemecahan masalah, perannya adalah:
a. Membiarkan eksplorasi siswa tak terintangi, partisipasi aktif, dan bertanya.
b. Membantu siswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
terdahulu.
c. Membantu siswa nenbentuk dan menginternalisasi representasimasalah atau
tugas.
d. Membantu siswa mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan
pengalaman yang lalu yang berisikan masalah yang serupa.Jaga pada awalnya
analogi ini sederhana.
e. Berikan umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur
pemecahan masalah. Penekanan teknik bertanya ala Socrates adalah penjelasan konsep-konsep dan
gagasan-gagasanmelalui penggunaan pertayaan-pertayaan pancingan. Sebagai suatu
teknik pembelajaran, ia harus di pikirkan dan di tatar dengan baiak. Instruktur
yang menggunakan tekstik ini harus belajar bagaimana mendengar dengan hati-hati
apa yang di tanyakan dan di bahas.
5.
Jika pertanyaan yang
diajukan itu terjawab oleh siswa, maka guru dapat melanjutkan/mengalihkan
pertanyaan berikutnya hingga semua soal dapat selesai terjawab oleh siswa.
6.
Jika pada setiap soal
pertanyaan yang diajukan ternyata belum memenuhi tujuan, maka guru hendaknya
mengulangi kembali pertanyaan tersebut. Dengan cara memberikan sedikit
ilustrasi, apersepsi dan sekedar meningkatkan dan memudahkan berpikir siswa, dalam
menemukan jawaban yang tepat dan cermat.
Kebaikan metode Socrates adalah :
1.
Membimbing siswa
berpikir rasional dan ilmiah
2.
Mendorong siswa untuk
aktif belajar dan menguasai ilustrasi pengetahuan
3.
Menumbuhkan motivasi
dan keberanian dalam mengemukakan pendapat dan pikiran sendiri
4.
Memupuk rasa percaya
pada diri sendiri
5.
Meningkatkan
partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang menimbulkan persaingan
yang dinamis
6.
Menumbuhkan disiplin
Metode
Socrates memiliki beberapa kelebihan (Lammendola, 2009). Kelebihan metode
Socrates yaitu :
a.
Stimulates critical
thinking.
b.
Forces a reasonably
well-prepared student to go beyond the “obvius” to consider broader
implications.
c.
Force non-participating
students to question their underlying assumptions of the case under discussion.
d.
Constant Feedback.
e.
Fosters an interactive
and interesting learning environment.
f.
Forces higher level of
class preparation.
Kekurangan metode Socrates sebagai
berikut :
1.
Metode Socrates dalam
pelaksanaannya masih sulit dilaksanakan, pada sekolah tingkat rendah. Sebab
siswa belum mampu berpikir secara mandiri
2.
Metode Socrates
terlalu bersifat mekanis, dimana anak didik dapat dipandang sebagai mesin, yang
selalu siap untuk digerakkan
3.
Lebih menekankan dari
segi efektif (aspek berfikir) daripada kognitif (penghayatan/perasaan). Padahal
pengajaran agama sangat menonjolkan segi perasaan dan penghayatan ini
4.
Kadang-kadang tidak
semua guru selalu siap memakai metode Socrates, karena metode Socrates menuntut
dari semua pihak baik guru maupun siswa sama-sama aktif untuk belajar dan
menguasai bahan/ilmu pengetahuan.
Kekurangan strategi
Socrates (Lammendola, 2009), diantaranya adalah:
a.
The Socratic method subjects unprepared student to scrutiny.
b.
Can foster an unhealthy adversarial relationship between an instructor and his
student.
c.
Creates a fearful learning environment.
d.
Generally more time-consuming than lecture-based environment.